Rame Ing Gawe Tanpa Pamrih (salah satu bukti nyata dalam kehidupan sehari-hari masih terikat kuat dengan GOTONG ROYONG) Desa Cikondang Kecamatan Cingambul Kabupaten Majalengka
Minggu, 20 Januari 2013
SEJARAH SINGKAT DESA CIKONDANG
Keadaan Pemerintahan dan Asal Usul Desa Cikondang
Pada akhir kejayaan Kerajaan Talaga Manggung di Talaga, yaitu kira-kira pada tahun 1500 Masehi. Berdasarkan legenda dan mitos yang tumbuh dikalangan masyarakat, konon pada waktu itu Tanah Cikondang merupakan Pertapaan salah satu keluarga Raja Talaga Manggung yaitu Raden Raga Hiang dan Anggahiang tempat pertapaannya Batulawang atau Gunung Agung. Sementara itu dalam pengabdiannya semua para Panakawan sambil menunggu pertapaannya mulai ngababakan (membuka pemukiman) di dekat pertapaan tersebut yang kemudian di beri nama dengan “Babakan Tarikolot“ (sekarang sudah menjadi lahan persawahan).
Pada saat Kerajaan Talaga Manggung jatuh oleh serangan Kesultanan Cirebon, para Keluarga Raja terus dicari dan diburu oleh bala tentara Cirebon, termasuk Raga Hiang dan Anggahiang di pertapaan Batu Lawang. Serangan ke Batu Lawang dipimpin oleh Ratu Agung Hidayatulloh dan Kyai Arumawatdjati. Raden Ragahiang dan Angggahiang beserta panakawannya kalah, kedua ksatria itu tidak mau menyerah, sehingga keduanya menghilang beserta jasadnya yang terkenal dengan istilah “Ngahiang“. Tempat ngahiang kedua ksatria itu (di dekat pertapaan) dinamakan “Situhiang“ yang dulu tahun 1982/1983 dilestarikan melalui CEKDAM, namun sayang sekarang sudah dijadikan kembali lahan persawahan. Kedua ksatri itu pun kemudian terkelnal dengan nama Raden Ragahiang dan Raden Anggahiang.
Para Panakawan Raden Ragahiang dan Raden Anggahiang kemudian memeluk Agama Islam. Babakan Tarikolot terus berkembang menjadi Pilemburan. Hal ini karena kesuburan tanah dan kearifan pemimpinnya, yaitu Kyai Arumawatdjati di dalam Syiar Islam, Ratu Agung Hidayatulloh dan bala tentara lainnya pulang ke Cirebon. Yang tinggal adalah Kyai Arumawatdjati.
Karena penduduk Tarikolot semakin banyak, dan lahan subur pun semakin sempit, diantara mereka kemudian membukan babakan baru, yang kemudian diberi nama Babakan Cilengkeng, Babakan Dawolong dan Babakan Walahar.
Ketika masyarakat pada ke empat Babakan tersebut di atas mengalami krisis air, maka kepemimpinan dilanjutkann oleh Kyai Arumawatdjati mereka bermunajat kepada Alloh SWT., memohon sumber air. Do’a mereka dikabulkan oleh Alloh SWT, sehingga keluarlah mata air dari bawah pohon Kondang. Dari sanalah lahirlah nama Cikondang.
Kampung Cikondang yang terdiri dari lembur Tarikolot, Babakan Cilengkeng dan Babakan Walahar ingin mempunyai pemerintahan tersendiri. Masyarakat menghendaki agar Kyai Arumawatdjati berkenan mau memimpin masyarakat Cikondang. Tetapi karena beliau sudah Udzur sehingga dengan arif beliau tidak bersedia. Kemudian masyarakat mempercayakan tumpuk pimpinannya kepada santri (murid) kepercayaan Kyai Arumawatdjati yaitu Kyai Amung Pancas. Sehingga Kyai Amung Pancas merupakan Kepala Desa pertama Cikondang yang masa pemerintahannya diperkirakan pada tahun 1570 sampai dengan tahun 1620.
Para Kepala Desa di bantu dengan para Jurutulisnya yang pernah memimpin Desa Cikondang dari awal berdirinya sampai sekarang adalah sebagai berikut :
NO KUWU TAHUN JURUTULIS
1. Kyai Amung Pancas (1570 – 1620) Dari Dalem Talaga Manggung
2. Buyut Konde (1621 – 1700) Dari Dalem Talaga Manggung
3. Buyut Japar (1701 – 1764) Dari Dalem Talaga Manggung
4. Arban Kertamanggala (1764 – 1825) Dari Dalem Talaga Manggung
5. Sungkin Ja’id (1826 – 1869) Suramarga
6. Daim Partawijaya (1870 – 1900) Sukarta Wijaya
7. Suramarga (1901 – 1909) Wangsa
8. Sumawijaya (1910 – 1946) Suminta Atmaja
9. Sumirta (1947 – 1951) Sudinta
10. Nadria Wijaya (1952 – 1968) Udia
11. Saptari (1969 – 1978) S. Rahmat Wijaya
12. S. Rahmat Wijaya (1979 – 1988) Saleh / Rd. Riana Purhita
13. Rd. Riana Purhita (1989 – 1998) Warya Asmara
14. Rd. H. Riana Purhita (1999 – 2008) Warya Asmara
15. Handangsyah (2008 – ) Warya Asmara
Itulah para Pimpinan Pemerintahan Desa, dari mulai cikal bakal Desa sampai sekarang. Mereka telah tercatat dalam sejarah Cikondang karena sebagian hidupnya telah diabdikan untuk kesejahteraan umat.
Perlu dicatat di sini bahwa masyarakat Desa Cikondang telah mengenal dan mampu mengamalkan kehidupan Demokrasi sejak awal berdirinya Desa.
Suasan konflik tidak pernah berlarut-larut seusai pemilihan Kepala Desa. Para calon Kepala Desa mampu menghargai keputusan rakyat berupa jumlah suara terbanyak pada penghitungan suara pemilihan Kepala Desa.
Pada tahun 1984, berdasarkan keputusan Gubernur KDH. Tk.I Jawa Barat tahun 1992/1993 nomor: 01/PEM/157/KAB/1993 Desa Cikondang dimekarkan menjadi 2 (dua) Desa yaitu Desa Cikondang sebagai Desa Induk dan Desa Kondangmekar sebagai Desa Pemekaran.
Itulah risalah singkat Desa Cikondang dari tahun ke tahun semoga lebih meningkat, baik itu dalam pembangunan fisik, maupun pembangunan non fisik, yang tidak terlepas dari pada KESATUAN dan PERSATUAN, karena Kesatuan dan Persatuan adalah modal utama dalam pembangunan, sebagaimana Pepatah mengatakan: BERSATU KITA TEGUH BERCERAI KITA RUNTUH, semoga Desa Cikondang Tetap Jaya dengan Motto Juang “RIANG”
• RINDANG
• INDAH
• AMAN
• NYAMAN
• GEMILANG
Semoga tercapai Amin.
Logo Cikondang
HUBUNGAN DENGAN LAMBANG DESA :
1. Gambar Gunung : melambangkan bahwa warga Desa Cikondang hidup
di daerah pegunungan.
2. Gambar Padi dan Kapas : perlambang bahwa warga Desa Cikondang mayoritas
hidup dari pertanian.
3. Gambar Balai Desa : melambangkan bahwa warga / masyarakat Desa
Cikondang menetukan sesuatu melalui musyawarah dan mufakat.
4. Pohon Kondang : ciri khas bahwa pemberian nama diambil dari sumber
mata air yang diatasnya ada pohon Kondang, sehingga jadilah nama CIKONDANG.
5. Gambar Sungai : bukti nyata bahwa Wilayah Desa Cikondang
dikelilingi dengan sungai, walaupun dimusim kemarau suka kekurangan air.
6. Selogan Rame Ing Tanpa Pamrih : salah satu bukti nyata bahwa Desa dalam kehidupan
sehari-hari masih terikat kuat dengan KEGOTONG ROYONGANNYA.
STRUKTUR ORGANISASI BPD
STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN
Langganan:
Postingan (Atom)